Senin, 01 Desember 2014

Asal Mula Nama Desa Bulupayung

Desa Bulupayung
Desa Bulupayung adalah sebuah desa di kelurahan Mangunharjo kecamatan Adimulnyo kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Desa kecil berpenduduk sekitar 90-an KK, desa yang diapit oleh hamparan sawah yang luas. Dari kota Kebumen dapat ditempuh sekitar 17 km, hanya sekitar 10 km dari pantai selatan (Petanahan). Untuk menuju desa ini dari jalur selatan dari arah Purwokerto setelah Gombong akan menjumpai kota kecil Karanganyar, setelah sampai pasar karanganyar belok kanan menyusuri jalan kaleng sekitar 6 km sampailah di desa Bulupayung.

Bagi penduduk sekitarnya desa Bulupayung ditempo dulu terkenal dengan angker/seram, karena untuk menuju desa tersebut harus melalui jalan yang dikeramatkan, terutama yang dari arah timur, utara dan barat. Dari arah tersebutlah terdapat makam tua yang dikeramatkan. Banyak kejadian-kejadian aneh yang dialami oleh pejalan kaki atau pengendara yang melalu jalan tersebut.

Menurut cerita yang saya dapat dari para orang tua dan nenek moyang saya yang sudah lama mendiami desa tersebut, desa Bulupayung mempunyai kisah yang sedikit agak miris. Itu ditandai dengan adanya makam tua di sisi utara desa yang semuanya berjumlah tiga. Makam tersebut masih merupakan satu keluarga. Makam yang disisi utara sebelah tengah ada dua makam di sisi kanannya adalah makam P. Trenggono dan Nyai Maduretno sedang di sisi kirinya adalah makam anaknya Siti Sundari dan yang satu lagi di ujung timur sebelah utara adalah anak lelakinya P. Joyo Kusumo.
Jalan menuju makam sebelah timur desa
Awal kisahnya dahulu ada pasukan Pangeran Diponegoro yang habis bertempur melawan Belanda di daerah Gombong, mereka mengalami kekalahan dan melarikan diri ke arah tenggara yang bermaksud kembali ke markasnya di Gua Selarong Jogjakarta.  Karena sebagian pasukanya mengalami luka-luka mereka mencari tempat untuk beristirahat sambil mengobati lukanya. Berhentilah di suatu tempat yang banyak di tumbuhi pohon-pohon besar, mereka mendirikan peristirahatan semacam perkemahan.

Diceritakan pohon tersebut memiliki ranting dengan dahan yang menjulur hampir menyentuh tanah dan sangat ridang, dari rantingnya memiliki cabang-cabang ranting kecil membentuk seperti daun pisang, andai hujan turun airnya tidak akan dapat menembus ranting tersebut. Kalau dilihat dari kejauhan nampak seperti payung yang sedang mengembang, dengan ranting daun yang menjulur menyerupai bulu ayam. Mungkin kalau digambarkan hampir mirip seperti pohon beringin, tetapi menurut orang-orang tua di desa itu, pohon itu bukan pohon beringin, terus pohon apaan ?. wis pikir deweklah....

Setelah dirasa pulih dan kuat untuk melanjutakan perjalanan pasukan P. Diponegoro melanjutkan perjalanan menuju markasnya di Jogjakarta. Salah satu prajuritnya yang bernama P. Trenggono ditinggalkan ditempat itu, tidak tau apa maksudnya dan apa pangkatnya (tumenggung, demang, senopati atau panglima). Dari situlah tempat itu makin banyak didatangi orang dan bahkan dijadikan tempat tinggal. Karena banyaknya orang yang mendiami maka seiring waktu si prajurit tersebut  memberi nama daerah itu dengan nama Bulupayung yang sampai saat ini menjadi sebuah desa masih dengan nama tersebut. 

Sedang kisah mirisnya terjadi pada anak perempuanya yang bernama Siti Sundari. Siti Sundari mempunyai paras yang cantik dengan rambut panjang hitam lebat hampir menyentuh tanah. Dari kecantikanya banyak pemuda yang terpesona dan jatuh cinta. Banyak raja, tumenggung dan pangeran yang ingin mempersuntingnya. diceritakan juga karena kulitnya sangat putih dan bersih sampai-sampai ketika minum aliran airnya terlihat dari tenggorokanya. Bisa dibayangkan seperti apa putihnya putri tersebut, silahkan boleh percaya boleh tidak ?.

Tragis nasib Si Gadis ini, Dia meninggal dengan cara bunuh diri. Dia galau dan risau karena banyak pemuda yang ingin mempersuntingnya tetapi Dia tidak bisa menentukan mau memilih pemuda yang mana. Mungkin pikir Dia daripada menyakiti salah satu dari pemuda tersebut lebih baik mengahiri hidupnya saja.. Whow...kaya crita sinotron baelah... Tetapi sebelum mengahiri hidupnya Dia sempat mengeluarkan kalimat semacam sumpah isinya  kira-kira seperti ini :

"Kelak di desa ini tidak akan ada wanita cantik yang rambutnya panjang dan lebat, kalaupun dia cantik rambutnya tidak akan panjang dan lebat, kalau ada wanita yang cantik dengan rambut panjang maka umurnya tidak akan lama"  

Semoga saja sumpah itu tidak berlaku lagi. Dan banyak saya liat di desa Bulupayung wanita-wanita cantik, Alhamdulillah mereka baik-baik saja atau memang juga yang cantik kebetulan tidak berambut panjang, paling cuma sebahu atau sepunggung belum ada yang panjangnya sampai lutut apalagi sampai menyentuh tanah. Entahlah....yang jelas jangan menjadikan kita Syirik....

Itulah sedikit cerita terbentuknya desa Bulupayung yang masih erat dengan keberadaan tiga makam tua di desa tersebut silahkan boleh percaya boleh tidak.... Tulisan ini hanya berdasarkan cerita dari orang-orang tua, belum ada penelitian secara ilmiah untuk mendukung cerita tersebut.
Yang jelas sebagai orang yang terlahir dan besar didesa Bulupayung saya sangat bangga menjadi salah satu bagianya.


Bulupayung - Kebumen ....
Paguyuban Bulupayung & Duduhan
Makam P. Trenggono dan Nyai Maduretno di Desa Bulupayung


12 komentar:

  1. Bisa sama yah ama desa ane di kab.cilacap. tp beda asal usulnya.

    BalasHapus
  2. Iya.. ternyata nama desa Bulupayung di Indonesia cukup banyak juga

    BalasHapus
  3. maaf..." kayane perlu diklarifikasi maning tentang asal usul makam tersebut karena versi agak berbeda dari yg saya dpt dari orang tua dulu ,untuk makam prajurit diponegoro seingat saya ada 6 makam tanpa nama di dekat makam keluarga sebelah timur desa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekala saudara, di desa Bulupayung memang ada beberapa makam prajurit Diponegoro yang tidak ada identitasnya, tetapi ada 4 makam yang sekarang, yang saya ceritakan di atas menurut keterangan para orang tua juga merupakan bagian dari prajurit Diponegoro, untuk kebenaranya belum teruji secara ilmiah karena belum ada yang melakukan penelitian terhadap makam makam tersebut.

      Hapus
  4. Saya juga orang dari desa Bulupayung mas. Mungkin desa Bulupayung yg berbeda. Ceritanya beberapa hampir sama. Namun tetap berbeda.
    Ini semakin membuat saya menjadi ingin tahu "Sejarah asal usul Bulupayung".

    BalasHapus
  5. Saya juga orang dari desa Bulupayung mas. Mungkin desa Bulupayung yg berbeda. Ceritanya beberapa hampir sama. Namun tetap berbeda.
    Ini semakin membuat saya menjadi ingin tahu "Sejarah asal usul Bulupayung".

    BalasHapus
  6. Kemarin saya dan keluarga besar saya berziarah setelah hampir 30thn kami tdk berkunjung.30thn lalu bapak,Mbah,Mbah buyut kami sering mengajak kami ke tempat ini,beliau mengatakan dulu bahwa ini adalah makam leluhur kami.kebetulan juru kuncinya pun masih family kami yaitu Busoni dan Bu Atun anaknya

    BalasHapus
  7. Kebetulan sekali nama2 yg disebutkan tersebut merupakan leluhur saya.... dan saya terlahir dari eyang saya Atmosardjono dan eyang buyut saya adalah eyang San Murtawi....(makam eyang saya satu halaman dengan makam Eyang P. Joyo Kusumo) saya tiap tahun selalu berziarah ke makam2 leluhur tersebut

    BalasHapus
  8. Nama2 tersebut merupakan leluhur saya.... makan eyang kakung dan eyang buyut saya terletak satu tempat dengan eyang P. Joyo Kusumo. Eyang kakung saya Atmosardjono ... eyang Buyut saya San Murtawi.... demikian sekedar info awal....

    BalasHapus
  9. kenalkan aku cah caruban (klantang) Mas, gambar sekong/kuburan sing biyen angker sing nang pojokan ora di foto, aku mbiyen tau "nepi" (tirakat) nangkono.

    BalasHapus
  10. salam kenal..saya jg turunan dr bulupayung dan banyurata .. semoga sehat selalu

    BalasHapus
  11. Saya pengen tau jg kebenaran cerita ny bkn sekedar cerita.. Mngkin ad yg bsa bantu?

    BalasHapus